Search

Ketika Catur Jadi Penyemangat Hidup Atlet Tuna Netra

Bagi Edy Suryanto, catur merupakan salah satu media untuk berinteraksi sosial dengan lingkungan sekitar. Sebab, dengan bertanding catur pria tuna netra sepertinya bisa menjalin komunikasi lebih dekat dengan lawan bicaranya.

"Catur ini suatu alat komunikasi untuk bergaul di tengah masyarakat, supaya saya bisa punya teman dan relasi banyak. Karena pekerjaan saya sehari-hari kan pemijat. Jadi saya butuh banyak kenalan," kata pria berusia 60 tahun itu di Bandara Adi Soemarmo, Minggu (24/9).


Catur menjadi jalan keluar sekaligus penambah semangat bagi Edy dalam menjalani hidup, dari keterbatasan yang ia alami. Sudah sejak usia 18 tahun ia menggeluti olahraga tersebut.

"Kalau tuna netra main catur, penglihatannya diraba dengan tangan. Harus dipegang. Kesulitan bagi saya ya karena tidak bisa kelihatan, harus mengingat," ucap Edy.

"Dari A sampai Z, awal sampai akhir harus ingat posisi. Kalau sampai lupa posisi, harapannya pasti kalah," ucapnya menambahkan.

Butuh sekitar lima tahun untuk Edy agar lancar bermain catur tanpa melihat.

Ketika Catur Jadi Penyemangat Hidup Atlet Tuna NetraBagi Edy Suryanto, catur merupakan salah satu media untuk berinteraksi sosial dengan lingkungan sekitar. (CNN Indonesia/M. Arby Rahmat Putratama)

Ia melatih daya ingatnya dengan sering mengikuti seangkaian pertandingan catur. Tak jarang ia ikut pertandingan catur di kalangan atlet normal atau yang tanpa keterbatasan.

"Karena sudah terbiasa, akhirnya bisa menghafal," ujar ayah dari dua orang anak tersebut.

"Saya pilih olahraga catur karena dulu berpikir bahwa satu-satunya olahraga yang bisa saya pelajari ya hanya catur. Yang lain-lain saya tidak bisa pelajari," ujarnya melanjutkan.

Setelah ditekuni secara rutin, Kualitas Edy kian terasah. Ia pun merasa yakin bisa terjun sebagai atlet dan mulai aktif terlibat di ASEAN Paragames sejak 2005.

Tahun ini, Edy berhasil meraih empat medali emas. Lebih baik dari ASEAN Paragames 2015 di mana ia hanya mendapat medali perak.

Empat medali emas tersebut ia dapat dari kategori standar perseorangan B1, standar beregu B1, cepat perseorangan B1, dan cepat beregu B1.

"Di Singapura [ASEAN Paragames 2015] kemarin fisik agak terganggu, jadi saya kurang kosentrasi karena kaki sakit. Tahun ini alhamdulillah tidak ada keluhan kaki sakit,” tutur Edy.

Kesejahteraan Atlet

Menurut Edy, ASEAN Games lebih baik dibandingkan yang lalu. Seluruh atlet merasa kesejahteraannya lebih diperhatikan.

“Semua atlet gembira karena pemerintah memperhatikan kesejahteraan atlet. Jadi semangat," tuturnya lagi.

Para atlet difabel berjuang mengharumkan nama Indonesia di ASEAN Paragames 2017. (Para atlet difabel berjuang mengharumkan nama Indonesia di ASEAN Paragames 2017. (Dok. Kemenpora)
Kendati begitu, empat medali emas bukan hal istimewa untuk Edy. Itu karena ia berambisi meraih medali lebih banyak lagi. "Walau sudah dapat empat emas, saya ingin prestasi yang lebih bagus lagi.”
Edy pun berharap agar pemerintah dapat lebih memberikan perhatian yang lebih kepada atlet berkebutuhan khusus. "Supaya olahraga ini semakin cerdas dan maju kehidupannya. Soalnya dengan begitu, bisa ikut membangun negara," terang Edy.

Kebanggaan Keluarga

Prestasi Edy turut menjadi kebanggaan keluarga. Sila Estiviani, anak kedua Edy menyambut kedatangan sang ayah dengan penuh sukacita. 

Sila mengaku bangga dengan prestasi yang diraih ayahnya. Sebab, keterbatasan yang dimiliki ternyata tidak menghentikan semangat sang ayah untuk mengharumkan nama bangsa.

“Saya yakin bapak dapat berprestasi. Pokoknya banyak berdoa, akhirnya dapat medali emas. Alhamdulillah saya ikut bangga. Semoga bapak tetap bisa berprestasi supaya bisa membanggakan nama bangsa," tutur perempuan berusia 18 tahun itu. </span> (bac)

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutannya Ketika Catur Jadi Penyemangat Hidup Atlet Tuna Netra : http://ift.tt/2wLNH3z

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Ketika Catur Jadi Penyemangat Hidup Atlet Tuna Netra"

Post a Comment

Powered by Blogger.