Itu tentu hasil yang menggembirakan diraih skuat Merah Putih. Namun, skuat Garuda masih dihantui masalah klasik yang belum mampu dipecahkan Milla.
Ya, Timnas Indonesia U-23 masih mengalami krisis striker. Ezra Walian yang kembali mendapat kesempatan sebagai starter pada laga lawan Singapura, tak mampu bermain bagus.
Ezra Walian masih tumpul di lini depan Timnas Indonesia. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
|
Hal itu membuat upaya Milla mencari sosok striker yang tepat kembali mentah. Timnas Indonesia lagi-lagi hanya mengandalkan kepada para gelandangnya ketimbang striker.
Tengok saja tiga gol yang disumbangkan Garuda pada laga tersebut, semuanya disumbangkan para gelandang andalan.
Evan Dimas merupakan satu-satunya play-maker kreatif di Timnas Indonesia. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
|
Gelandang Sriwijaya FC Zulfiandi kembali menambah kekuatan gelandang Timnas Indonesia. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
|
Mantan pemain Real Madrid dan Barcelona pun beberapa kali menjalankan strategi 'false nine' atau memasang gelandang serang sebagai striker.
Sebut saja Ilham Udin Armaiyn yang kerap menjadi langganan striker dadakan. Pada babak kedua, Ilham juga dimainkan sebagai striker menggantikan Ezra.
Satu lagi masalah klasik Garuda Muda tak memiliki pelapis play-maker. Evan Dimas yang absen pada laga itu karena cedera menjadi ujian bagi Milla.
Ia mencoba memasukkan Saddil di belakang striker dengan maksud menjadi pengatur seangan yang meneruskan aliran bola dari belakang, tengah, ke depan.
Upaya itu pun kerap mandek. Satu-satunya gol Timnas Indonesia pada babak pertama yang diciptakan Febri juga bukan berdasarkan skema permainan. Pemain Persib itu membobol gawang Timnas Singapura melalui tendangan jarak jauh di luar kotak penalti.Milla memasukkan Septian David pada babak kedua untuk mengisi posisi play-maker, aliran serangan Garuda Muda mulai berjalan. Meski demikian, Septian tak memiliki karakter seperti Evan sebagai play-maker kreatif.
Septian lebih cocok bermain sebagai second striker. Seandainya Timnas Indonesia menghadapi tim-tim cepat dan agresif macan Thailand dan Vietnam, Merah Putih pasti akan menghadapi kesulitan luar biasa tanpa Evan Dimas.
Salah satu sisi positif pada laga itu adalah kembalinya Zulfiandi. Gelandang Sriwijaya FC tersebut dimainkan sebagai gelandang jangkar bersama Hargianto.
Perannya di posisi itu terbilang sukses dan mengingatkan pada kejayaan Timnas Indonesia U-19 yang sukses juara Piala AFF U-19 2014. Keberadaan Zulfiandi tentu bisa membuat Milla memiliki opsi lebih banyak di lini tengah.
Evan Dimas pun bisa dimajukan sebagai play-maker di belakang striker. Sebelumnya, Evan kerap diduetkan dengan Hargianto sebagai gelandang jangkar, tanpa kehadiran Zulfiandi. (nva)
Baca Kelanjutannya Timnas Indonesia U-23 Masih Dihantui Masalah Klasik : http://ift.tt/2HStJp4Bagikan Berita Ini
0 Response to "Timnas Indonesia U-23 Masih Dihantui Masalah Klasik"
Post a Comment