Sebelumnya, Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) mengeluarkan aturan baru soal servis yang menyebutkan pemain tidak boleh melakukan servis dengan bola di atas 115cm dari permukaan lapangan.
Tidak sedikit negara yang menolak aturan yang sudah diterapkan di German Oen 2018 BWF World Tour Super 300, pada pekan lalu dan kembali diberlakukan di All England."Ada dua hal yang kami sampaikan. Pertama, aturan ini rasanya jadi aneh karena tidak ada konsistensi. Contohnya, ada yang dari babak awal tidak di-fault. Tiba-tiba di final di-fault sampai lima kali. Kalau memang salah, harusnya dari awal," kata Budi dalam manager meeting All England 2018 di Birmingham, Inggris, seperti yang dikutip dari situs resmi PBSI.
![]() |
"Tindakan kami didukung oleh tim negara lain yang mereka juga mengalami hal yang sama. Ini sekadar masukan, yang sudah lewat di German Open ya sudah, kan tidak bisa diulang. Jadi, ini antisipasi untuk di All England, jangan sampai merugikan pemain," ucap Budi.
"Ada usulan dari beberapa negara untuk menggunakan teknologi, misalnya sinar infra merah, supaya menghindari faktor bias. Masukan ini ditampung oleh penyelenggara turnamen, dan akan dijadikan bahan briefing di turnamen ini," ucapnya melanjutkan.
Berdasarkan catatan tim ofisial, sejumlah pemain Indonesia dinyatakan gagal melakukan servis selama bertanding di All England.Rizki Amelia Pradipta tercatat mengalami 11 kali pelanggaran servis di babak pertama, dan dua kali fault di babak kedua. Sedangkan Gloria Emanuelle Widjaja servisnya dinyatakan terlalu tinggi sebanyak enam kali saat bertanding di babak pertama, sementara Anggia Shitta Awanda sebanyak dua kali di babak kedua. (nva/har)
Baca Kelanjutannya Tim Indonesia Kritik Aturan Servis di All England : http://ift.tt/2Dtfrs4Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tim Indonesia Kritik Aturan Servis di All England"
Post a Comment