"Mungkin gaji ini ibaratnya aurat yang tidak boleh diumbar-umbar," ujar Divisi Legal APPI Riza Hufaida kepada CNNIndonesia.com.
Menurut Riza, dalam standar kontrak pemain pada umumnya hanya mencantumkan standar minimum dan hak serta kewajiban bagi pemain serta klub.
APPI memandang, sepak bola Indonesia belum mencapai era transparansi yang sebenarnya. Seperti halnya beberapa klub di Eropa yang berani menyebutkan nilai kontrak atau gaji pemain.
Selain itu, APPI menganggap belum adanya transparansi nilai kontrak ingin karena pemain di Indonesia tidak ingin terbebani dengan gaji yang mereka dapatkan.
Riza Hufaida (kanan) menyebut tidak adanya penyebutan nilai kontrak karena pemain enggan terbebani di lapangan. (CNN Indonesia/Titi Fajriyah)
|
Hanya, APPI tidak menampik bahwa penyebutan nilai kontrak pemain itu bisa dilakukan tergantung situasi dan kondisinya. Salah satunya untuk menghindari adanya pemotongan nilai kontrak yang tidak disepakati baik antara klub, agen, dan pemain.
"Dalam hal tertentu, perlu [disebutkan] untuk kepentingan edukasi, atau jika ada kepentingan atau banyak yang menghendaki, tidak masalah," ucap Riza.
Persib Bandung juga tidak mengumumkan nilai kontrak saat memperkenalkan Bojan Malisic dan Oh Inkyun. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
|
"Kalau ada pemain bergaji atau memiliki kontrak besar dan dia ingin mengumumkan itu bagus. Atau karena ingin memacu yang lain untuk berlomba-lomba menaikkan nilai kontrak, itu bagus juga," Riza menuturkan.
"Kalau pemainnya tidak berkenan, tidak perlu disebutkan ya tidak masalah," Riza menambahkan. (bac)
Baca Kelanjutannya APPI: Gaji Pemain Ibarat Aurat yang Tak Boleh Diumbar : https://ift.tt/2pUNJjrBagikan Berita Ini
0 Response to "APPI: Gaji Pemain Ibarat Aurat yang Tak Boleh Diumbar"
Post a Comment