Mulai kehidupan sejumlah comica yang terus menjomblo, hingga kondisi politik terbaru di Indonesia, jadi bahan stand up para comica macam Raditya Dika, Panji Pragiwaksono, Ge Pamungkas, dan Babe Chabita.
Nah, rupanya ada kenyataan jenaka yang menggelitik baru-baru ini, barangkali bisa jadi bahan bagi para comica. 'Makhluk' itu adalah Liga 1.
Liga 1 dan mungkin satu-satunya kompetisi sepak bola kasta tertinggi Indonesia yang lucu di dunia ini. Bagaimana tidak, baru kali ini ada juara yang dinyatakan belum resmi.
Bhayangkara FC maupun klub sejenisnya macam PS TNI, bukan pula klub yang berbasis kedaerahan. |
Maklum, sang jawara musim ini memang tidak memiliki basis suporter yang sangat besar macam Persib Bandung, Arema FC, atau Persija Jakarta.
Bhayangkara FC maupun klub sejenisnya macam PS TNI, bukan pula klub yang berbasis kedaerahan. Kebetulan saja mereka bermarkas di dekat Ibu Kota.
Dua klub itu tiba-tiba muncul dalam dua tahun belakangan ini sebagai klub 'reinkarnasi'. Bhayangkara FC hadir setelah merger dengan Surabaya United, dan PS TNI ada usai mengakuisisi saham Persiram Raja Ampat.
Celakanya lagi, sukses bersejarah tim binaan Kepolisian Repulik Indonesia itu malah rama-ramai dirundung di media sosial. Ada pula meme-meme kocak yang berseliweran di media sosial. Salah satunya adalah bakal bermunculan klub sejenis mereka macam Satpol FC, PS Satpam, dan Hansip United.
[Gambas:Twitter]
Salah apa Bhayangkara FC? Jika menengok permainan skuat arahan Simon McMenemy musim ini, performa mereka sebenarnya layak menjadi salah satu kandidat juara.
Kualitasnya disetarakan dengan klub-klub papan atas Liga 1 lainnya musim ini macam Bali United, Madura United, dan PSM Makassar.
Sengkarut pengelolaan Liga 1 yang segera mengantarkan Bhayangkara FC juara, dipercaya sebagai biang keladi bagi sang juara yang dinistakan.
Singkatnya, The Guardians juara sebelum kompetisi berakhir setelah mendapat kemenangan dari Komisi Disiplin PSSI. Pangkalnya adalah 'dosa' yang dilakukan Mitra Kukar ketika menghadapi Bhayangkara FC pada 3 November 2017.
|
Mitra Kukar lantas dihukum kalah WO dan denda Rp100 juta. Keputusan Komdis PSSI itu berbuntut pada protes Mitra Kukar, bahkan Bali United.
Naga Mekes protes karena mereka tak menemukan nama Sissoko dalam daftar Nota Larangan Bermain (NLB) sebelum pertandingan. Mereka pun menuding ini merupakan kelalaian operator liga, dalam hal ini PT LIB.
Khusus untuk Bali United, mereka merasa dirugikan karena kemungkinan juara Liga 1 semakin tipis akibat 'pemberian' kemenangan kepada Bhayangkara dari Komdis PSSI itu. Kekhawatiran Serdadu Tridatu pun terbukti. Bhayangkara langsung juara setelah mengalahkan Madura United 3-1, Rabu (8/11).
The Guardians sebenarnya masih menyisakan satu laga lagi lawan Persija Jakarta, sedangkan Bali United menyisakan laga lawan Persegres Gresik United. Namun, hal itu tak berpengaruh lagi.
Seandainya Bhayangkara kalah dari Persija dan Bali United menang. Raihan 68 poin Evan Dimas dan kawan-kawan hanya bisa disamakan Bali United.
|
Belakangan Direktur Operasional PT LIB, Tigor Shalomboboy, mengatakan tak ada kewajiban bagi operator menyampaikan NLB ke klub-klub. Para kontestan Liga 1 itu dinilainya yang harus berinisiatif memilah pemain mereka yang terkena larangan bermain.
Suguhan yang bikin miris dan menggelitik karena tak ada yang mau disalahkan: PT LIB maupun Mitra Kukar. Padahal, keduanya terang-terangan telah teledor. |
Dalam surat yang ditandatangani CEO PT LIB Risha Widjaya itu hanya ada nama Herwin Tri Saputra sebagai pemain Mitra Kukar yang dilarang bermain, tidak ada nama Sissoko.
Melalui pernyataan Tigor pula, Bhayangkara FC dinyatakan belum resmi juara Liga 1 2017 karena menunggu Mitra Kukar mengajukan banding ke Komding PSSI. Artinya, Bhayangkara juara tentatif.
|
Masalah klise seperti ini membuat pengelolaan kompetisi yang katanya mulai membaik, kembali dipertanyakan.
Kompetisi Sepak Bola Absurd
Banyak lagi sejumlah kejadian absurd disuguhkan sepanjang kompetisi Liga 1 yang lebih mirip dagelan.
Sebelumnya ada aksi adu bogem dua penggawa Bali United, Stefano Lilipaly dan Sylvano Comvalius pada laga melawan tuan rumah PSM Makassar di Stadion Mattalatta, Senin (6/11).
Perkelahian dua rekan asal Belanda tersebut dipicu dari kemarahan Comvalius yang merasa Lilipaly tak mau membagi bola kepadanya.
|
Irfan Bachdim dan beberapa pemain PSM, berusaha melerai, bahkan wasit ikut pula memisahkan keduanya. Anehnya lagi, Serdadu Tridatu mengalahkan PSM berkat kontribusi dua pemain itu.
Satu-satunya gol Lilipaly ke gawang Juku Eja pada lima menit tambahan waktu babak kedua, hasil dari umpan datar Comvalius. Keduanya seketika berpelukan mesra. Ajaib, bukan?
Fenomena absurd tak berhenti sampai di situ. Rombongan Bali United mendapat teror dari para suporter PSM yang mengamuk karena kecewa timnya gagal juara.
Lapangan Stadion Mattalatta sampai dipenuhi ribuan suporter yang turun dari tribune. Gelandang Serdadu Tridatu, I Gede Sukadana, menjadi korban pemukulan salah satu oknum suporter PSM di lapangan.
|
Para pemain Maung Bandung ngambek dan tak mau meneruskan laga pada menit ke-83. Wasit asal Australia, Shaun Evans, lantas menyudahi pertandingan.
Pangkalnya adalah keputusan wasit asal Australia itu mengusir Vladimir Vujovic yang protes berlebihan setelah sempat diberi kartu kuning usai melakukan pelanggaran.
Keputusan Shaun Evans itu merupakan satu dari sejumlah keputusannya yang dinilai Persib kontroversial. Sebelumnya, ia tidak mengesahkan gol sundulan Ezechiel N'Douassel umpan dari Supardi Nasir pada menit ke-27.
|
Persib akhirnya memilih walkout setelah Persija sempat unggul 1-0 berkat gol penalti Bruno Lopes.
Buntutnya, Komisi Disiplin PSSI dan PT Liga Indonesia Baru saling lempar tanggung jawab terkait kemungkinan konsekuensi Persib yang bisa dianggap mundur dari Liga 1.
Jika mengutip Pasal 13 ayat 1C Regulasi Liga 1, klub bisa dianggap mundur jika tak melanjutkan pertandingan sebelum berakhir.
Satu lagi keanehan yang pernah terjadi terkait keputusan wasit kontroversial di Liga 1. Tepatnya pada putaran pertama saat Persija Jakarta mengalahkan PS TNI 2-1 di Stadion Pakansari, Cibinong, 8 Juni 2017.
|
Dia menganggap bek Persija, Ryuji Utomo, mengenai bola dengan tangan. Namun, Fariq justru membatalkan penalti itu.
Sebabnya adalah ketika ia mengamini permintaan para pemain Macan Kemayoran agar melihat tayangan ulang tersebut. Laga sempat terhenti beberapa menit sebelum penalti dibatalkan.
Wakil Ketua PSSI, Joko Driyono pun pernah angkat suara bahwa sebenarnya aturan yang membuat Fariq memilih keputusan itu belum diterapkan di kompetisi Indonesia.
Meski memang, di beberapa kompetisi di dunia aturan itu sudah berlaku dengan sebutan Video Assistance Referee (VAR).
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bhayangkara FC Juara Tentatif dan Lucunya Liga 1"
Post a Comment