Klub ini lahir dengan segala kontroversi dualisme Persebaya Surabaya pada 2010. Satu tim dengan nama Persebaya 1927 tampil di Liga Primer Indonesia, sementara Persebaya Surabaya bermain di Divisi Utama.
Lahirnya Persebaya Surabaya yang tampil di Divisi Utama berkat campur tangan Wisnu Wardhana dan La Nyalla Mattalitti. Mereka membawa tim Persikubar Kutai Barat dan mengubahnya menjadi Persebaya Surabaya di bawah PT. Mitra Muda Inti Berlian (MMIB).Persebaya Surabaya akhirnya promosi ke Liga Super Indonesia (ISL) setelah sukses menjuarai kompetisi kasta kedua tersebut pada 2013 lalu. Namun, klub ini tidak mendapat simpati dari Bonek (pendukung Persebaya) yang meyakini klub ini adalah Persebaya 'buatan'.
|
Setelah semusim bermain di ISL, klub yang dilatih Rahmad Darmawan itu pun mengalami guncangan. Rahmad Darmawan pun memilih untuk menangani Persija Jakarta di musim 2015.
Kompetisi ISL 2015 terhenti di tengah jalan karena dianggap tidak memenuhi syarat dari Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI).
Ada dua klub yang dianggap tidak memenuhi aspek legalitas yang ditekankan BOPI, yakni Persebaya Surabaya dan Arema Cronus. PSSI pun menghentikan kompetisi di tengah jalan.
Pada tahun 2015, mereka tidak boleh mengikuti turnamen Piala Presiden 2015. Untuk mengakalinya, manajemen klub Persebaya Surabaya menambah kata United di belakang.
Klub yang lahir dari Persikubar ini pun sempat mengubah nama menjadi Bonek FC karena hak paten logo dan nama ada di tangan Persebaya 1927 di bawah kendali PT. Persebaya Indonesia.
Eksistensi Persebaya pun akhirnya tergerus seiring dengan lengsernya La Nyalla Mattalitti dari jabatan Ketua Umum PSSI.
Pada turnamen Piala Jenderal Sudirman 2015, mereka kembali mengubah nama menjadi Surabaya United. Itu karena Bonek mengecam pencatutan nama mereka menjadi sebuah klub.
Tak kehilangan akal, klub ini kemudian melakukan merger dengan tim PS Polri di Piala Bhayangkara 2016. Mereka mengubah namanya menjadi Bhayangkara FC demi mengikuti Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016.
|
Klub ini kemudian berhak menjadi juara Liga 1 usai mengalahkan Madura United di pekan ke-33. Tiga poin tambahan pun akan membuat mereka memimpin klasemen dengan 68 poin.
Akan tetapi, prestasi yang kini diraih Bhayangkara juga tak lepas dari kontroversi. Mereka belum bisa dipastikan sebagai juara meski secara hitung-hitungan sudah tak terkalahkan dengan kontestan lainnya.
Komdis PSSI menegaskan gelar juara yang semestinya menjadi milik Bhayangkara bisa direvisi jika penambahan poin dari wasil WO lawan Mitra Kukar direvisi karena kelalaian PT Liga Indonesia Baru (LIB).
Bali United yang kini berada di posisi kedua, masih memiliki kans untuk meraih gelar jika perolehan poin Bhayangkara dikurangi dua angka. Dengan situasi ini, maka mahkota juara harus ditentukan di laga terakhir.Klub yang bermarkas di Stadion Patriot ini masih harus berhadapan dengan lawan berat, yaitu Persija Jakarta. Sementara Bali United bakal menjamu tim juru kunci, Gresik United, di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar pada 12 November nanti. (jun)
Baca Kelanjutannya Bhayangkara FC: Dari Kutai Barat, Surabaya, Hingga Juara : http://ift.tt/2yi4sQDBagikan Berita Ini
0 Response to "Bhayangkara FC: Dari Kutai Barat, Surabaya, Hingga Juara"
Post a Comment