Search

Kesenjangan Kualitas Timnas Indonesia U-19 Masih Kentara

Jakarta, CNN Indonesia -- Kekalahan telak dari Malaysia menyisakan sejumlah pekerjaan rumah bagi pelatih Timnas Indonesia U-19, Indra Sjafri, terutama soal kesenjangan kualitas antara pemain utama dan pelapis.

Sejak awal, Indra Sjafri menegaskan tidak ada pemain inti atau pelapis di tim asuhannya. Ini diaplikasikan dengan perbedaan komposisi pemain yang diturunkan di sepanjang kualifikasi Piala Asia U-19.

Hanya saja, anggapan soal ketergantungan terhadap Egy Maulana Vikri bukan sekadar isapan jempol. Ketiadaan Egy dalam susunan pemain inti kerap menjadi penyebab kebuntuan serangan Indonesia.

Ketika Egy masuk dalam starting eleven melawan Brunei Darussalam di laga perdana Grup F, Indonesia sukses menang dengan skor 5-0. Kendati hanya menyumbang satu gol, winger 17 tahun ini memang memberikan pengaruh besar.

Kesenjangan Kualitas Timnas Indonesia U-19 Masih KentaraTimnas Indonesia masih memiliki kesenjangan kualitas pemain inti dan pelapis. (Dok. PSSI)
Pergerakan lincah Egy kerap berhasil membongkar pertahanan Brunei dan membuka peluang bagi pemain lain untuk mencetak gol. Ia bermain menonjol di lini sayap bersama Saddil Ramdani yang baru diturunkan di babak kedua.

Sebaliknya, kreasi serangan Garuda Nusantara melempem ketika Egy dan Saddil disimpan di bangku cadangan saat menghadapi Timor Leste. Skor imbang tanpa gol menghiasi babak pertama.

Pundi-pundi gol Indonesia baru tercipta ketika dua pemain ini diturunkan di babak kedua. Egy sukses mencetak hattrick, sementara Saddil menyumbangkan satu gol.

Pada laga ketiga, Indonesia takluk 0-4 dari Korea Selatan. Egy dan Saddil diturunkan sejak menit awal. Namun, mental dan kolektivitas tim Korsel menjadi pembedanya.

Perubahan komposisi pemain justru dilakukan Indra Sjafri di lini tengah. Asnawi Mangkualam yang dua laga sebelumnya selalu menjadi pilihan utama, disimpan di bangku cadangan.

Timnas Indonesia U-19 masih terlalu bergantung kepada Egy Maulana Vikri. (Timnas Indonesia U-19 masih terlalu bergantung kepada Egy Maulana Vikri. (AFP PHOTO / KIM DOO-HO)
Keputusan Indra untuk menyimpan Asnawi terbilang fatal. Lini tengah Indonesia jadi bulan-bulanan Korsel yang berani menerapkan pressing hingga di ke pertahanan lawan.

Ketiadaan Asnawi yang piawai membaca ritme permainan lawan juga menjadi celah yang bisa dimanfaatkan Korsel. Um Wonsang dkk tampak leluasa melancarkan umpan-umpan pendek nan ciamik di lini tengah.

Khusus lawan Korsel, kekalahan Indonesia juga tak lepas dari persoalan mental dan kualitas pemain. Dua faktor ini menjadi modal kemenangan Taeguk Warriors junior dari Indonesia ketimbang absennya Asnawi.

Artinya, Indonesia memang kalah kelas dari Korsel. Skuat arahan Chun Jung-yong membuktikan diri sebagai favorit juara dalam gelaran ini dengan membuat Indonesia tak berkutik.

Pil pahit Indonesia berlanjut ketika bertemu dengan Malaysia. Anak asuh Indra Sjafri dihajar 1-4 dari tim rivalnya di Asia Tenggara yang bisa dibilang punya kekuatan sepadan.

Benang merah melempemnya serangan Indonesia tak lain karena absennya Egy Maulana Vikri di babak pertama. Ketiadaan Egy praktis mengurangi ledakan lini serang Indonesia.

Setelah tertinggal 1-2 dari Malaysia di babak pertama, Indra langsung memasukkan Egy dan Ramdani di babak kedua.

Serangan Indonesia memang lebih menyengat dengan kehadiran Egy dan Saddil. Namun, keputusan ini terlambat dan tidak menyelamatkan Indonesia dari kekalahan telak 1-4.

Kesenjangan Kualitas Timnas Indonesia U-19 Masih Kentara Timnas Indonesia U-19 mengalami kekelahan telah 1-4 dari Malaysia. (AFP PHOTO / KIM DOO-HO)
Kekalahan ini praktis membuat peluang Indonesia meraih posisi runner-up Grup F kandas. Egy Maulana dkk. hanya bisa finis di peringkat ketiga di bawah Malaysia dan Korsel.

Beruntung Indonesia tetap berhak melaju ke putaran Piala Asia U-19 tahun depan dengan jatah khusus tuan rumah.

Laga kualifikasi ini memang jadi ajang coba-coba Indra Sjafri dalam merombak komposisi pemain ideal. Namun, kekalahan dari Malaysia yang bisa dibilang tim selevel Indonesia, harus jadi cambuk bagi Indra Sjafri.

Indra Sjafri masih punya waktu untuk menempa tim asuhannya dengan serius hingga satu tahun ke depan. Ia mengaku masih menerapkan sistem promosi dan degradasi yang bisa mengubah lagi komposisi tim idealnya. (bac)

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutannya Kesenjangan Kualitas Timnas Indonesia U-19 Masih Kentara : http://ift.tt/2hIRxB0

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kesenjangan Kualitas Timnas Indonesia U-19 Masih Kentara"

Post a Comment

Powered by Blogger.