Search

Indriyanto: Setiap Selesai Main Saya Dilempari Koin Rp100

Karena transfer termurah yang fenomenal itu Indriyanto mendapat julukan Mister Cepek. Meski sempat terpuruk, pelatih asal Solo itu menjadikan peristiwa tersebut sebagai motivasi dalam kariernya sebagai pemain.

Bagaimana kesibukan sehari-hari dalam sepekan?

Sehari-hari dari Senin sampai Jumat saya melatih SSB Kabomania. Pada hari Minggu jadi talent scouting. Jadi dalam sepekan itu libur hanya mungkin di malam hari saja, semua saya lakukan karena keikhlasan. Karena saya tidak bisa lepas dari lapangan hijau setelah hampir 18 tahun main sepak bola profesional dari 1995.

Indriyanto Nugroho menjadi bagian dari Primavera jilid pertama. (Screenshot via instagram @nu9rohoindriyanto)
Anda pernah terlibat transfer Rp100. Bagaimana ceritanya?

Waktu itu mungkin hanya salah komunikasi, antara Arseto Solo dan Pelita Jaya. Pada 1995 saya berpikir, 'Setelah [dari] Primavera, mau ke mana?' Waktu itu saya sudah berusaha untuk kembali ke Arseto. Ternyata Arseto tidak ada komunikasi antara saya dengan pihak klub.

Pada saat itu, Pelita Jaya yang paling intens komunikasi dengan saya. Karena waktu di [manajemen] Primavera ada juga pemilik Pelita Jaya. Saya sudah berusaha untuk datang ke Arseto, tapi ternyata tidak ada komunikasi. Ya saya memutuskan untuk mengambil keputusan ke Pelita Jaya. Setelah saya dikontrak Pelita Jaya dan dapat semuanya, pas hari H mau bertanding muncul kasus Rp100 itu.

Apa dampak transfer Rp100 itu?

Sempat terpukul dan tertekan juga ya. Kok ada hal seperti itu? Sebenarnya [transfer Rp100] itu tidak ada, itu hanya istilah saja. Istilah bagaimana meruntuhkan motivasi dan karier saya.

Waktu itu ya saya merasa tidak bisa apa-apa, mungkin Tuhan memiliki rencana yang luar biasa di situ. Dan akhirnya saya membuat prestasi. Saya bilang kepada orang tua bahwa ini adalah motivasi buat saya, bahwa Rp100 itu akan saya bayar dengan prestasi.

Setiap saya selesai bermain pasti dilempari koin Rp100. Saya hanya berdoa kepada Tuhan, 'Tolong jaga saya, dan siapa pun yang berbuat seperti ini dijaga kesehatannya.'

Berapa lama Anda merasakan itu?

Ternyata setelah dua tahun berjalan, masih ada polemik-polemik seperti itu. Tapi ya saya jawab dengan prestasi. Walau Pelita Jaya tidak juara, saya buktikan prestasi tersebut dengan terpilih masuk ke skuat Timnas Indonesia.

Saya tunjukkan di Piala Asia, SEA Games 1995, dan saya akhirnya menjadi bagian dari Timnas Indonesia di Piala Asia 1996. Di situ ada almarhum Eri [Irianto], Fakhri Husaini, Aji Santoso dan yang lainnya. Dari situ, saya merasa 'Ini lho saya.'

Bukti foto kopi transfer Indriyanto Nugroho dan uang Rp100. (Dok. Chaidir Ramli)
Jadi dalam kenyataan transfer Rp100 itu ada atau hanya simbolis aja?

Tidak [ada], itu hanya simbolis saja dan yang memproduksi sebenarnya [pihak] yang sakit hati atau apapun.

Tapi itu hanya masa lalu. Masa lalu ya sudahlah, saya menatap masa depan. Dan akhirnya mereka-mereka sekarang diam, tidak ada yang mencibir atau apa pun. Sekarang mereka berbalik mendukung saya untuk bisa membuat pemain-pemain berbakat di Indonesia.

Apakah betul dulu Anda tidak mengakui dibesarkan di Arseto Solo?

Mungkin itu kata-kata orang yang tidak suka dengan saya. Mereka menganggap saya besar karena diklat, tapi kok tidak ada kontribusi? Sebenarnya ada, kan begitu?

Peristiwa itu masih dianggap aib tentang label Mister Cepek?

Saya tidak menganggap itu sebagai apa pun kecuali motivasi buat saya untuk lebih kuat. Banyak orang [pemain] yang dirundung, berakhir tidak bisa bermain sepak bola. Kalau saya, tidak. Saya bermain dengan hati, kekuatan, kemampuan, dan motivasi. Sampai sekarang pun sudah akhirnya hilang kan? Di balik itu teman-teman yang mendukung saya lebih banyak.

Bagaimana bisa masuk ke Primavera?

Waktu itu kan ada [Piala] Soeratin, Haornas, jadi ada talent scouting di situ yang dikumpulkan dari daerah-daerah sebanyak hampir 70 peserta. Disaring selama sepekan, di seleksi menjadi 20 orang. Salah satu dari 20 orang itu diri saya sendiri. Itu kebanggaan buat saya dan ternyata saya mampu.

Indriyanto Nugroho sekarang menjadi pelatih di SSB Kabomania. (CNN Indonesia/Andito Gilang Pratama)

Kenapa pilih melatih SSB?

Ya kami harus belajar. Kami dulu main bola kan dari SSB, jadi bagaimana kami mengembalikan masa-masa dahulu, bahwa kami dulu disuruh coach [berlatih]. Sekarang, kami sebagai coach bagaimana mempelajari karakter mereka, mental, dan itu saya sangat senang sekali bahwa saya mampu.

Selama menangani Kabomania, ada tawaran lain dari kluh profesional?

Banyak, tapi mereka hanya seksdar lisan saja ya. Kemarin saya sempat di PSGC, Liga 3 pada 2017 selama satu bulan karena mereka ada konflik dalam kepengurusan. Saya tidak mau pusing, saya profesional.

Ada cerita menarik atau lucu selama di SSB?

Kami pernah bermain di Senayan bersama anak-anak dalam turnamen Kompas. Waktu itu final, Jalan Tol Dalam Kota Cawang sudah macet total. Akhirnya saya turun dari bus dan naik ojek. Semua juga tahu saya pernah baik bus, truk polisi. Ada yang melihat saya duduk dan memanggil nama saya di tengah jalan. Nah itu yang lucu saja bahwa ternyata masih ada yang tahu Indriyanto.

Indriyanto Nugroho berharap bisa melatih di klub Liga 1 musim depan. (CNN Indonesia/Andito Gilang Pratama)
Punya Target Lisensi A AFC?

Harusnya saya sudah masuk A AFC, tapi ternyata ya saya belum siap saja. Mudah-mudahan pada 2019 sudah level A. Sekarang B AFC, diambil Mei 2017. Lisensi sudah keluar, jadi paling tidak Liga 2 atau asisten pelatih Liga 1 saya sudah bisa.

Sebagai legenda Timnas Indonesia, siapa pemain Indonesia yang paling berbakat? Kenapa?

Banyak ya, ada Egy [Maulana Vikri] dan banyak yang di Eropa dan Asia juga. Ezra Walian juga itu sebagai aset Indonesia juga. Saya berharap mereka jadi motivasi pesepakbola muda di Indonesia. Attitude nomor satu.

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutannya Indriyanto: Setiap Selesai Main Saya Dilempari Koin Rp100 : https://ift.tt/2GHxPU6

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Indriyanto: Setiap Selesai Main Saya Dilempari Koin Rp100"

Post a Comment

Powered by Blogger.