Sang pemilik 'tendangan geledek' meninggal dunia setelah membela Persebaya Surabaya menghadapi PSIM Yogyakarta di Gelora 10 November, Surabaya.
Bejo Sugiantoro menjadi salah seorang yang paling kehilangan sosok Eri dalam hidupnya. Pertemanan keduanya dibangun saat sama-sama membela Timnas Indonesia di era 90-an.Persahabatan semakin erat ketika mereka sama-sama membela Bajul Ijo pada 1997. Tak hanya sekadar sahabat di lapangan, mantan bek Timnas Indonesia itu juga menganggap Eri sebagai saudara.
"Eri itu sosok sahabat yang humoris dan usil. Dia juga sering membantu temannya. Dia berani keluar uang untuk temannya yang tidak punya uang. Bahkan, jika yang minta uang itu teman-temannya yang di luar Persebaya," kata Bejo mengenang sosok Eri kepada CNNIndonesia.com.
![]() |
Bejo Tak Percaya Eri Gunakan Narkoba
Meninggalnya Eri 18 tahun lalu juga diramaikan dengan isu yang beredar terkait penyalahgunaan narkoba oleh sosok yang pernah membela Petrokimia Putra itu.
Bejo tak percaya jika Eri menggunakan narkoba. Di mata Bejo, Eri adalah orang baik sejak pertama kali berkenalan. Meskipun, Bejo tidak mengetahui persis kegiatan Eri di luar pergaulan keduanya.
"Saya sebagai sahabat enggak percaya kalau dia terjerumus ke narkoba. Saya tak percaya karena saya tahu keseharian dia," terang Bejo.
Menurut Bejo, Eri juga tidak pernah cerita ataupun mengeluh soal penyakit yang dimilikinya. Pemain yang dua kali menjadi runner-up Liga Indonesia dikenal sebagai pesepakbola yang paling kuat dan punya VO2 Max paling bagus bersama dengan Bima Sakti.
Sore itu, jelang turun minum babak pertama, Eri mengeluh pusing dan panas. Ia meminta pergantian pemain. Nova Arianto masuk lapangan, Eri langsung ditangani tim medis Persebaya.
![]() |
Selesai pertandingan, Bejo juga masih sempat bertemu dengan Eri yang sudah lemah tak berdaya di Instalasi Gawat Darurat RS Soetomo, Surabaya. Bejo mengaku sempat melihat ada busa semacam air liur yang keluar dari mulut Eri.
"Sekitar jam 9 atau 10 malam, saya dapat kabar kalau Eri meninggal. Saya langsung datang dan melihat dia di kamar jenazah."
Sempat Pamit
Sesaat sebelum pertandingan, tepatnya sebelum jam makan siang, Eri sempat mendatangi semua kamar teman-temannya di Mess Persebaya, termasuk kamar kitman untuk pamit.
Sosok Eri yang supel membuat rekan-rekannya tidak berpikir macam-macam menanggapi ucapan tersebut.
"Kebetulan dia berpesan sama saya, 'jaga dirimu, habis ini aku mau pergi jauh.' Saat itu saya tidak merasa kalau itu adalah firasat," kata Bejo.
Pemilik tendangan geledek itu sudah lama tak ada tapi Bejo tetap tak bisa menghapus rindu kepada rekannya tersebut. Hanya surat Al-Fatihah selepas salat magrib yang terus diulang demi sang sahabat yang telah meninggalkannya 18 tahun lalu."Rindu ya hanya sebatas rindu. Tidak ada lagi sosok seperti dia di dunia sepak bola Indonesia dengan tendangan geledeknya. Eri tidak ada gantinya," tutupnya. (nva/ptr)
Baca Kelanjutannya Mengenang 18 Tahun Kepergian Eri Irianto : https://ift.tt/2q6YgJpBagikan Berita Ini
0 Response to "Mengenang 18 Tahun Kepergian Eri Irianto"
Post a Comment